Ini bukan tentang air hujan yang rela jatuh demi bumi yang
kian berputar, bukan pula tangkai daun yang jatuh karena sudah tidak dapat
tumbuh pada pohonnya.
Ini bukan tentang differensial volume tubuh yang rela kian
melemah, bukan pula gelas yang jatuh karena sebuah tiupan tajam yang kononnya
sebuah pertanda buruk
Ini bukan tentang manusia yang rela ber-fanatik warna hijau,
bukan pula manusia yang anti melon padahal berwarna hijau
Ini bukan tentang kaki yang rela terkilir karena higheels
yang asing di telapak nya, bukan pula tangan yang memiliki tenaga minimum
Ini bukan tentang individualisme yang mendarah daging di
setiap tempat kecuali ibu, bukan pula sebuah pasar yang memenuhi isi telinga
Ini bukan tentang kaki yang rela melangkah ke rumah buku di
waktu tertentu, bukan pula sebuah pulpen yang mudah kering
Telinga-telinga yang sudah sangat hampir bosan mendengar
kata-kata rindu, dan hampir menutup telinga bahkan memalingkan mata. Ini tidak
masalah, munafik bukan prinsip hati saya. Gengsi? Malu? Harga diri? Move on? Other’s
man? Itu sebuah kemunafikan !
Bersyukur? Ya! Disana banyak pelajaran berharga, sangat
berharga.
Menyesal? Itu manusiawi.
Nangis? Ya symbol ketulusan.
Allah bersama kita? Ya always! Allah with me Allah with you
Allah with us.
Masalah keputusan, apapun keputusan yang kita ambil, kita
harus bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut. Dan belum bisa bertanggung
jawab. Waktu terus berputar dan masih di rumah yang sama tempat yang sama
keadaan yang sama bahkan perasaan yang sama, tetapi dituntut untuk maju demi
dunia dan akhirat.
Banyak jalan dan cara menuju angka 27, entah 9 x 3, 3 x 9,
20 + 7, 13 + 14, 12 + 15, 10 + 17, dan tak terhingga cara. Lalu masihkah
mempeributkan tujuan dari sebuah niat? Perbedaan selalu jadi masalah padahal
tujuan kita adalah sama, ridha Allah dan kenyamanan. Ini cara saya, dan bukan
cara mereka.
Tentang prinsip.
Ini tentang sebuah hati, sebuah ketulusan, dan sebuah
pengabdian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar