Mungkin
ini adalah kali pertama aku menulis lagi. Beberapa lama ke belakang belum
berfikir sefikir-fikirnya hanya saja karena kali ini sedang dilanda rasa kangen
untuk curhat nan bercerita lewat tulisan yang mungkin akan sulit dimengerti
bagi yang tidak faham arti sebuah perasaan sesungguhnya.
Sedang
sangat ingin berbicara kepada keluargaku di istana kecil sana. Mungkin mereka
selalu tahu dan selalu ingat dengan apa yang selalu diharapkan. Harapan dan
cita-cita yang selalu direwelkan ke telinga mereka sampai mereka bosan dan
hanya bisa tersenyum kadang tertawa meledek karena harapan yang terlalu tinggi
dan terlalu manis, tapi walau begitu mereka adalah manusia yang tak pernah lupa
mengucap kata ‘aamiin’ ketika aku mulai rewel.
Dulu
aku selalu berfikir hidup di luar rumah orang tua dan jauh dari keluarga
kemudian jauh dari orang-orang yang ku kenal dan hidup ditempat yang baru akan
sangat menyenangan tidak membosankan dan juga tidak menjengkelkan batin. Namun...
banyak situasi yang membuat batin terenggut dan tersadar bahwa ternyata selama
ini aku berada dalam fikiran dan iming-iming yang kurang tepat.
Di
rumah membosankan, dekat dengan orang tua sangat sulit bergerak sulit main
sulit berekspresi dan terlalu banyak aturan yang jika dilanggar akan terkena
marah besar, dekat dengan saudara tidak membuat berkembang dan itu-itu saja
yang menjadi topik pembahasan ketika berkumpul.
Tempat
macam apakah ini jauh dari mana-mana dekatnya hanya ke sawah lagi kebun lagi
sawah lagi kebun lagi bertemu para petani lagi dan lagi-lagi para petani yang
rajin lewat depan rumah, ah apakah tidak ada yang lebih bisa mencuci mata
daripada ini, ya Tuhaaan mengapa tempat ini membosankan sekali.
Tidak
ada tempat main yang dekat dengan rumah, kalau main di rumah lagi di rumah lagi
di tetangga lagi di tetangga lagi bagai di penjara dengan tempat terbatas
keadaan terbatas juga manusia-manusia yang terbatas, ya meskipun tidak tahu
bagaimana indahnya dalam penjara.
Gerutu
negatif selalu menghiasi kedominanan fikiran batin hati juga setiap lamunan
dipojok sudut ruangan rumah.
Di
sudut ruangan kecil ini banyak hal yang mengkonstruk keramaian menjadi
kesepian. Bukankah sepi merupakan ramai yang tidak didengar? Ya benar sekali,
sekitar ruangan ini ramai tapi kenapa masih merasa sepi? Rintik hujan sekalipun
terasa hening dikala fikiran dikelilingi sugesti sepi-sepi yang ada.
Kalian
tahu ?
Ternyata
fikiran ini kurang tepat
Keluarga...
Dari
kalianlah saya mendapatkan perlindungan penuh
Kalianlah
sumber utama kebahagiaan
Yang
ketika aku bersedih kalianlah yang menjadi alasan aku tersenyum
Manusia-manusia
yang tidak akan pernah menyakiti, mengecewakan ataupun membuat luka
Apapun
yang kalian katakan adalah kebahagiaan sekalipun itu hal yang menyakitkan
Marahnya
pun adalah kebahagiaan yang tidak pernah dimengerti oleh siapapun
Yang
akan selalu membuka lebar pintu rumah, pintu hati, bahkan pintu hidup kalian
yang selalu kalian pertaruhkan
Yang
akan selalu merasakan apa yang aku rasakan
Bahagia
dikala hati ini bahagia
Membahagiakan
dikala batin ini kecewa
Menghibur
dikala batin ini penuh kesedihan
Ikut
andil dikala dalam kesulitan
Optimis
dikala ambisi ini optimis
Meng-optimiskan
saat sedang dilanda pesimis
Mendukung
apa yang diharapkan
Dan
Banyaaak
sekali hal yang selalu menjadi positif dikala sosok ini penuh fikiran dan
tindakan negatif
Tidak
ada yang bisa menggantikan posisi kalian kapanpun dan dimanapun aku berada. Aku
bukanlah apa-apa tanpa kalian tanpa do’a kalian tanpa dukungan kalian.
Tak
perlu kalian tahu bahwa...
Disini
dibatin ini sering hujan, andai kalian tahu mungkin badai yang lebih besar akan
melanda batin kalian juga.
Sekuat
tenaga tidak akan membiarkan siapapun menyakiti hati ini, karena jika aku
terluka kalian akan lebih terluka. Harus selalu dalam kondisi tenang agar
kalian pun ikut tenang. Karena apapun yang oranglain nilai mengenai aku itu
sama hal nya dengan menilai kalian, baik penilaian negatif maupun penilaian
positif.
Bagaimanapun
kondisinya memang inilah pilihan yang dari dulu diharapkan. Bukan karena ingin
jauh dari kalian tapi karena aku sedang memperjuangkan sebuah proses yang
semoga akan memberi kualitas terbaik bagi hasil perjuanganku di tanah Bandung
ini. Demi ilmu dan demi masa depan.
Allah
SWT adalah alasan aku berdiri
Keluarga
adalah alasan aku berjalan
Cinta
dan persahabatan adalah alasan aku berlari
Dan
aku adalah alasan dari segala yang aku lakukan
Semoga
kelak aku bisa menciptakan keluarga besar yang sesempurna keluarga besar ini
Sungguh...
Kangen
sekali kalian manusia-manusia yang selalu menyayangi dan mencintai Lastri tanpa
lelah. Love you more...
Ttd.
Lastri
Asmara Kurnia Ningsih (Calon Istri Shalehah)
Di
Kost-an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar